12.5 C
New York
Thursday, November 21, 2024

Buy now

spot_img

Centrum Institute: Tantangan Koalisi dalam Pilkada Jakarta 2024 dan Dampak Pergeseran Dukungan

CENTRUMBISNIS.com, Jakarta, 09 November 2024 – Direktur Eksekutif Centrum Institute Firman M, memberikan pandangannya terkait laporan investigasi terbaru Majalah Tempo yang mengungkap ketidakkompakan dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus dalam mendukung pasangan Ridwan Kamil dan Suswono pada Pilkada Jakarta. Firman menyoroti adanya pergeseran sikap beberapa partai koalisi yang diduga mulai mengalihkan dukungan kepada pasangan Pramono Anung – Rano Karno.

Koalisi yang Tidak Solid

Firman menjelaskan bahwa salah satu faktor utama yang menyebabkan ketidakkompakan ini adalah adanya perbedaan motivasi dan kepentingan di antara partai-partai pendukung. Menurut laporan Tempo, PKS merupakan satu-satunya partai yang bekerja keras di tingkat akar rumput untuk mendukung RK-Suswono, sementara partai-partai lainnya seperti Golkar, Gerindra, Nasdem, PKB, dan PAN tampak enggan memberikan dukungan penuh.

“PKS bisa dikatakan sebagai tulang punggung kampanye Ridwan Kamil-Suswono. Namun, kerja keras mereka terkendala oleh keterbatasan logistik yang tidak diimbangi oleh partai lain. Hal ini menyebabkan keterbatasan mobilisasi yang dilakukan PKS,” kata Firman.

Pergeseran Dukungan ke Pramono-Rano

Laporan investigasi juga mengungkap bahwa beberapa partai, terutama Nasdem, PKB, dan PAN, cenderung mengalihkan dukungan mereka kepada Pramono Anung – Rano Karno. Tokoh-tokoh penting Nasdem di Jakarta seperti Bestari Barus dan Guruh Tirta Lunggana dilaporkan aktif membentuk tim relawan untuk mendukung Pramono-Rano. “Langkah Nasdem ini tentu sangat memengaruhi elektabilitas Pramono-Rano, terutama di kantong-kantong suara strategis seperti Tanah Abang,” jelas Firman.

Menurutnya, pergeseran dukungan ini tidak lepas dari komunikasi langsung antara Surya Paloh, Ketua Umum Nasdem, dan Pramono Anung. Paloh dilaporkan menginstruksikan struktur partainya agar tidak sepenuhnya menggerakkan dukungan untuk Ridwan Kamil.

Dampak Elektoral yang Signifikan

Firman juga menyoroti dampak elektoral dari ketidakkompakan ini. Berdasarkan survei terbaru dari LSI Denny JA pada Oktober 2024, elektabilitas Ridwan Kamil-Suswono dan Pramono-Rano berada di angka yang sangat kompetitif, yaitu 37,4 persen untuk RK-Suswono dan 37,1 persen untuk Pramono-Rano. Firman mengatakan bahwa ketidakkompakan internal KIM Plus dapat menjadi kendala besar bagi RK-Suswono untuk memenangkan Pilkada Jakarta.

“Pramono-Rano telah berhasil menarik tokoh-tokoh penting di Jakarta, terutama yang sebelumnya mendukung Anies Baswedan. Ini merupakan tren positif bagi mereka dan ancaman besar bagi RK-Suswono,” ujarnya. Firman menambahkan bahwa beberapa blunder dalam kampanye Suswono, termasuk pernyataannya yang kontroversial, juga memperlemah dukungan dari kalangan konservatif dan pemilih perempuan.

Strategi RK-Suswono untuk Mengatasi Ketidakkompakan

Menurut Firman, RK-Suswono harus segera mengatasi ketidakkompakan ini melalui berbagai langkah strategis. Salah satu langkah yang dinilai efektif adalah memperkuat komunikasi dengan Prabowo dan Jokowi untuk meningkatkan soliditas koalisi dan memperbaiki citra publik. “Dukungan dari figur nasional seperti Prabowo dan Jokowi dapat meningkatkan semangat dan komitmen partai-partai pendukung yang mulai condong ke Pramono-Rano,” ujar Firman.

Selain itu, Firman menyarankan agar RK-Suswono lebih peka terhadap sentimen masyarakat Jakarta, khususnya komunitas lokal seperti masyarakat Betawi dan Jakmania, serta meningkatkan koordinasi dengan struktur parpol pendukung di Jakarta agar mendapat dukungan maksimal di akar rumput.

Pilkada Jakarta yang Menentukan

Firman menutup dengan menegaskan bahwa Pilkada Jakarta 2024 adalah cerminan dari intrik politik dan tantangan koalisi yang kompleks. “Pada akhirnya, yang akan menentukan adalah seberapa cepat kedua pasangan mampu merespons perubahan dinamika politik ini. Mobilisasi dukungan dalam minggu-minggu terakhir kampanye akan menjadi kunci utama,” pungkasnya.

Firman menilai, Pilkada ini tidak hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan, tetapi juga ujian bagi soliditas koalisi dan kemampuan setiap kandidat dalam menghadapi ketidakpastian politik yang berkembang. (Arta)

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles